PENTINGNYA
KULIAH
Teman-teman pasti mempunyai pendapat
sendiri tentang pentingnya kuliah, juga motivasi yang lain-lain pula. Dari
tanggapan pentingnya kuliah, teman-teman harus memiliki harapan, apakah hal itu
ada atau tidak. Jika tidak ada, bahkan berpikir bahwa kuliah itu hanya akan
menghabiskan duit saja, atau menghabiskan waktu bagi keluarga atau diri sendiri
maka tanggapan yang datang adalah apa gunanya kuliah.
Jadi kalau begitu, apa dong pentingnya kuliah tersebut.
Pertama-tama tentunya bagi yang belum berilmu,
maka kuliah pada suatu tahapan tertentu memang benar dapat digunakan
untuk menambah ilmu baru. Tentu saja dalam hal ini dengan catatan, bahwa
dosennya memang berilmu. Dosennya bukan sekedar staff pengajar saja, ingat
tridharma perguruan tinggi, dosen khan tidak hanya mengajar saja bukan. Juga
fasilitas kampusnya harus mendukung, seperti perpustakaan kampus yang lengkap.
Jika nggak lengkap dan dosennya nggak nyaho, maka ngapain harus
datang ke kampus. Lebih baik di rumah saja, di depan komputer baca tulisan di
blog Ha, ha, ha . . . :)
dosen yang seperti ini kelihatannya
cocok sebagai tempat menambah ilmu
Kedua, kuliah dapat digunakan
sebagai tempat berinteraksi orang-orang yang mempunyai minat yang sama
terhadap suatu ilmu, ada yang punya harapannya adalah dosen, tetapi
kadang mahasiswanya sendiri juga sudah punya, khususnya mahasiswa pascasarjana
yang juga seorang praktisi di bidangnya dan yang ingin meraih ilmu biasanya
adalah yang jadi mahasiswa, tetapi kadang-kadang dosennya memanfaatkan juga ,
seperti kasus kuliah kerja praktek di tempatku.
kuliah sebagai tempat interaksi
orang-orang dengan minat ilmu yang sama
Adanya orang-orang yang sepeminatan
tentu akan menambah gairah baru untuk berbuat sesuatu, dalam hal ini
adalah untuk menambah ilmu. Kondisi ini jelas akan berbeda jika harus belajar
sendiri. Situasi kebersamaan kadang menimbulkan akselerasi dalam pembelajaran.
Jadi dalam waktu yang tertentu maka seseorang akan dapat
dengan cepat menguasai suatu kompetensi tertentu.
Ketiga, kuliah karena disitu adalah tempat
berkumpul orang-orang dengan peminatan ilmu yang sama, maka tentunya kondisi
tersebut dapat digunakan untuk benchmarking terhadap
ilmu atau kompetensi yang kita punya. Jadi kuliah dapat digunakan sebagai alat
untuk mengukur atau memetakan kemampuan kita. Ini biasanya terjadi bagi
mahasiswa yang berasal dari praktisi, baik yang dulunya belum sarjana lalu
ingin meraih gelar sarjana atau yang sudah sarjana lalu mengambil program studi
lanjut (pascasarjana).
sama-sama disebut apel, tetapi ada
bedanya bukan
Ini cerita dosen kepada saya, dirasakan ketika mengambil
program S2, bayangkan saja ketika mengambil program S2 yaitu setelah lima (5)
tahun bekerja sebagai praktisi (structural engineer). Alahamdulillah sudah
merasa ekspert dalam perencanaan gedung tinggi. Eh ketika kuliah lagi ketemu
teman-teman yang juga ternyata ekspert-ekspert juga bahkan pemilik konsultan
rekayasa. Jadi deh ketahuan posisi ilmu yang sudah dipunyainya itu. Yang
dulunya berjalan dengan dada membusung, maka ketika kuliah lagi dan ketemu
orang-orang top dibidang yang sama maka jadi deh, jalannya biasa lagi.
Ternyata di atas langit masih ada langit lagi.
Keempat, dengan kuliah lagi dan akhirnya
lulus maka jika itu di perguruan tinggi maka tentunya akan dapat diperoleh pengakuan formal yang diakui oleh
pemerintah atau negara dimana pendidikan tersebut diselenggarakan bahwa kita
telah mencapai suatu tahapan akademis tertentu. Gelar begitulah.
Percaya nggak percaya, adanya
pengakuan ini tentu akan menambah nilai jual. Punya kemampuan tanpa gelar sih
pasti ada yang pakai (memperkerjakan) tapi kalau punya gelar lebih, maka bisa-bisa apresiasinya akan lebih baik. Hal ini sangat
terasa sekali jika anda bekerja di lingkungan perguruan tinggi, seperti dosen.
Intinya bahwa dosen yang mengambil kuliah lagi dan berhasil maka jelas
prospeknya akan lebih baik dibanding yang berhenti dan tidak melakukan studi
lanjut. Jadi jika anda dosen, maklum di Jakarta ini katanya ada 13 ribu dosen,
tetapi yang S2 ke atas baru 50% , maka rasa-rasanya masih banyak yang perlu
studi lanjut lagi. Benar khan.
Pada bagian pengakuan ini perlu juga
ditambahkan, bahwa karena adanya pengakuan resmi dari negara, dimana pendidikan
tersebut diselenggarakan maka jika anda mengambil studi
lanjut di negara asing maka ketika anda lulus maka secara tidak langsung anda
juga diakui untuk bekerja atau mencari pekerjaan di negara tersebut.
Jadi jika anda ingin kerja di luar negeri maka langkah paling gampang adalah
sekolah di luar negeri terkebih dahulu. Tentu saja pilihlah bidang yang memang
banyak dibutuhkan di negera tersebut. Banyak teman Indonesia yang kerja di luar
negeri memakai cara ini, sekolah dulu, tunjukkan prestasi maka bisa-bisa ketika
lulus akan ada yang nawarin job.
Kelima, kegiatan kuliah sebagai tempat pelarian positif. Ini penting untuk dipertimbangkan
bagi para pembaca yang sudah bekerja beberapa waktu lamanya dan merasa karirnya
mandek. Di tempatnya bekerja dirasa belum ada kemajuan, tetapi pekerjaan baru
belum juga diperoleh. Maka jika demikian mengambil kuliah lagi akan
dapat menyegarkan pikiran dan siapa tahu ada prospek kedepannya yang lebih baik,
misal ketemu teman dari perusahaan lain untuk berbagai informasi dan nanti
kalaupun lulus khan siapa tahu ada gacoan (gelar) untuk dapat dipromosikan.
Kalau dipikir-pikir, hal inilah yang
memotivasi saya dulu mengambil kuliah lagi di program pascasarjana UI.
Itu sekitar tahun 1994 sebelum krisis moneter terjadi . Yah bayangkan
saja, jika waktu itu aku tidak kuliah lagi dan hanya melulu cari duit saja,
mungkin ceritanya akan berbeda dengan yang sekarang ini. Mungkin saja aku harus
tetap nglembur kerja di kantor, dan pulangnyapun harus desak-desakan naik bus.
Tentang hal itu aku jadi ingat, kata-kata kenalanku : “koq ambil
sekolah lagi, bidang struktur lagi, itu khan nggak populer, kenapa nggak
ngambil manajemen, kayak yang lain. Dari pada seperti itu khan lebih baik
ditabung saja“. Untung aku tidak terpengaruh dan tetap ngotot mengambil
studi lanjut pada bidang struktur, yang memang kesannya tidak populer bagi
masyarakat banyak (awam), tetapi suatu bidang yang memang aku senangi.
Fakta yang ada bahwa ketika kuliah
itu (1994) belum terjadi krisis moneter (1998), bahkan tidak membayangkan bahwa
itu akan terjadi. Saya sangat bersyukur ketika terjadi krisi moneter tahun
1998, aku sudah lulus S2. Jadi ketika perusahaan tempatku bekerja collapsed ,
karena cash-flow-nya terganggu (orderan berhenti) maka aku bisa meloncat
menjadi dosen seperti sekarang ini. Itu artinya saat itu aku tetap bekerja dan
tidak menjadi pengangguran. Karena jadi dosen itu pula mak aku dapat
mengembangkan diri menjadi penulis seperti ini. Bayangkan saja, itu semua bisa
terjadi karena aku kuliah lagi.
Berkaitan dengan bidang struktur,
bidang yang sama yang aku geluti terus-menerus sejak S1 itu, maka aku jadi
ingat ada teman dosen yang ketika tahun 2004 dulu sama-sama mengajukan diri
untuk mendapatkan program bea siswa, yang bersangkutan tidak diterima karena
bidang studi yang diambil ternyata tidak berkesesuaian. Untunglah bidang
akademis yang aku ambil adalah konsisten sehingga tidak ketemu masalah seperti
itu. Tentang hal itu bahkan aku juga mendengar jika DIKTI menemukan dosen yang
seperti itu, punya pendidikan yang tidak konsisten, misal S1 teknik sipil, S2
manajemen sumber daya manusia, dan S3 bidang pendidikan, maka untuk mengambil
profesor-nya akan kesulitan. Jadi bertekun pada bidang tertentu
secara konsisten juga banyak keuntungan yang dapat diraih.
Keenam, kegiatan kuliah sebagai ajang mencari teman baru bahkan bisa-bisa
sebagai ajang mencari jodoh. Jadi bagi anak muda yang ingin dapat
jodoh orang-orang dengan profesi tertentu maka kuliah menjadi tempat efektif.
Ingin punya suami dokter maka kuliahlah di kedokteran atau kalau keberatan maka
di bagian-bagian yang dekat-dekat dengan bidang kedokteran, seperti
keperawatan, dll. Jadi dengan ikut kuliah maka seseorang
dapat masuk pada komunitas masyarakat tertentu yang mungkin dianggap lebih
terhormat dibanding yang lain. Ini penting, karena punya duit banyak itu
bukan segalanya.
Masih ada yang lain nggak ya.
Akhirnya, bahwa hal-hal itu semua dapat tercapai jika kita
kuliah di tempat yang memang baik, yang dikenal reputasinya. Jika mau kuliah
jangan tanggung-tanggung carilah yang bereputasi tinggi apapun ongkosnya.
Karena akhirnya nantinya pasti akan terbayarkan.